“DISLEKSIA”

 

 

 

CREATED BY             : MIA NURSUCIANA

       14512563

1PA08

 

 

 

 

 

ABSTRAKSI

 

Disleksia (Inggrisdyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak.

Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.

Orang yang disleksia pun biasanya, jika dia diajak bicara terkadang tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. A.    LATAR BELAKANG TEORI

 

Disleksia adalah kesulitan untuk membaca, menulis, mengeja, berkomunikasi/berbahasa ekspresif-reseptif, terkadang berpengaruh pada penguasaan matematika, kesemuanya ini atau sebagian adalah kesulitan yang tidak sesuai tingkat umurnya.

Anak-anak yang disleksia biasanya melakukan hal-hal sebagai berikut :

1.    menuliskan huruf-huruf dengan urutan yang salah dalam sebuah kata

2.    tidak menuliskan sejumlah huruf-huruf dalam kata-kata yang ingin ia tulis

3.    menambahkan huruf-huruf pada kata yang ingin ia tulis

4.    mengganti satu huruf dengan huruf lainnya, sekalipun bunyi huruf-huruf tersebut tidak sama

5.    menuliskan sederetan huruf yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan bunyi kata-kata yang ingin ia tuliskan

6.    mengabaikan tanda-tanda baca yang terdapat dalam teks-teks yang sedang ia baca

 

Ciri-ciri anak disleksia :

a.    Membalikan huruf atau kata

b.    Sulit mampu mengingat kata

c.    Sulit mampu menyimpan informasi dalam memori

d.    Sulit berkonsentrasi

e.    Sulit dalam melihat keterhubungan (relationship)

f.     Impulsif

g.    Sulit melakukan koordinasi tangan-mata

h.    Sulit dalam segi mengurutkan

i.      Lambat Membaca

j.      Penanggalan kata, frasa dan sebagainya

k.    Kekacauan membaca secara oral

l.      Hyperaktif

m.   Kinerja matematika secara signifikan lebih tinggi dari pada kinerja membaca

 

Penyebab utama disleksia adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis. Disfungsi neurologis sering dan tidak hanya menyebabkan kesulitan belajar tetapi juga dapat menyebabkan tunagrahita dan gangguan emosional. Beberapa faktor disfungsi neurologis yang menyebabkan kesulitan belajar sebagai berikut :

 

a.    Faktor genetik

b.    Luka pada otak yang disebabkan trauma fisik atau disebabkan karena kekurangan oksigen

c.   Biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk memfungsikan syaraf pusat)

d.    Biokimia yang merusak otak (misalnya zat pewarna pada makanan), pencemaran lingkungan (misalnya pencemaran timah hitam), gizi yang tidak memadai

e.    Pengaruh-pengaruh psikologis dan pengaruh lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan kondisi anak.

 

Pada saat membaca anak-anak yang disleksia biasanya banyak mengalami kesulitan, misalnya :

 

a.    membaca lamban, intonasinya naik turun,

b.    sering membalikkan huruf-huruf dan kata-kata, Contohnya b dengan d, p dengan q, u dengan n, kuda dengan daku, palu dengan lupa, tali dengan ilat, papa dibaca dada,

c.   mengubah huruf pada kata, misalnya baju menjadi baja, batu menjadi bata,

d.   kesulitan terhadap kata-kata yang penyusunannya hanya sedikit, misalnya: bau, buah, batu, buta,

e.   sering menebak dan mengulangi kata-kata dan frasa,

f.    menghilangkan sebagian huruf (omission),

g.   menambah huruf (addition),

h.   terbalik huruf (reversal),

i.    tidak menguasai penggunaan tanda baca, misalnya tanda titik (.), tanda koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!).

 

 

 

 

 

  1. B.   KASUS YANG DIANGKAT

Kasus Disleksia

Megan (USA)

Saya didiagnosis disleksik di kelas 1 setelah mendapatkan 180 dalam tes IQ dan tidak dapat membaca. Saya akhirnya harus menghabiskan waktu di sekolah untuk kelas khusus belajar. Saya dinyatakan spesial tapi pada umur 9 setiap anak ingin menjadi orang bisa dan tak ingin menjadi spesial, saya membenci kata itu hari ini. Saya adalah anak yang tak pernah mengikuti pentunjuk bukan karena saya tak mendengarkan tapi karena saya tidak mengerti apa yang ditanyakan.

Bertahun-tahun saya belajar untuk mengikat sepatu dan ibu saya selalu meletakkan sepatu kiri saya sehingga saya bisa mengerti mana sepatu kiri dari kanan. Saya ke kamar mandi setiap hari saat harus membaca keras di kelas, saya mengambil ujian lisan dan harus meminta orang lain membacakan soal ujian. Saya bisa matematika tapi tak bisa mendapatkan kata-kata yang tepat untuk menyelamatkan diri saya.

Hari ini usia saya 26 dan tetap membaca seperti kelas 5. Saya kuliah karena mendapatkan beasiswa sepakbola. Jika saya mendapatkan nilai A adalah mata kuliah Logic, apa lagi? Saya belajar dengan gaya saya dan bisa lulus kuliah satu semester lebih awal dari yang lain. Saya tak dapat melanjutkan ke S2 karena tidak dapat meyakinkan guru bahwa saya perlu pembaca untuk membantu ujian saya. Guru itu dipecat dan saya lulus dengan cepat. Ibu saya berpikir bahwa saya akan menjadi guru hebat karena saya telah mengalahkan sistem yang ada, tapi jujur saya pikir bahwa lebih baik menjadi guru yang bisa membaca dan berbicara dengan baik.

Sekarang saya adalah pekerja sosial, dan senang menolong orang seperti yang telah dilakukan guru-guru saya dulu. Hidup saya lebih mudah daripada sekolah. Saya dapat mengubah huruf, dan ucapan saya tetap payah. Namun saya belajar mengikat tali sepatu, dan tak perlu mana sepatu kiri mana kanan. Saya tak peduli membaca keras-keras selama tak ada orang yang mendengarkan.

 

 

 

 

 

 

  1. C.   Hipotesis

 

Beberapa ahli menyebutkan bahwa disleksia disebabkan oleh adanya gangguan pada system vestibular. Vestibular merupakan bagian dalam telinga menjadi alat detektor posisi kepala terhadap gravitasi bumi dan menstransmisikan informasi ini ke dalam otak. Kemudian vestibular ini dikaitkan dengan indera penglihatan dan menyatakan bahwa gangguan dalam membaca disebabkan oleh lemahnya ‘integrasi sensorik. Sedangkan, adapula yang menegaskan adanya korelasi antara fungsi vestibular, cerebellum dan disleksia. Kemudian peneliti lain mengkritik tajam karena penelitian yang dilakukan tidaklah memadai dan terlalu biasa.

Dari diaknosis para ahli diatas terbukti bahwa banyak faktor yang mempengaruhi anak diseleksia (Megan), baik itu dari segi struktur fungsi tubuh yang bekerja secara normal ataupun tidak, faktor genetik dan juga dari segi kebiasaan anak tersebut, seperti yang telah sampaikan diatas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. D.   Penyelesaian

 

Dalam menghadapi anak yang menderita disleksia perlu kesabaran yang penuh, terutama dalam belajar. Dalam hal ini adalah pengajar atau guru dan orang tua. Disini saya mencoba mengingatkan, jangan menyepelekan anak yang disleksia karena mereka juga memiliki kemampuan yang lebih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. E.   Daftar Pustaka

 

 

http://disleksia.wordpress.com/2008/02/25/studi-kasus/

http://referensionline.info/pdf/studi-kasus-disleksia.html/

http://rumahcinta29.multiply.com/journal/item/124?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

http://proffreud.blogspot.com/2010/04/gangguan-belajar-disleksia.html

Tinggalkan komentar